Minggu, 25 Maret 2012

Hidup dalam mati,mati dalam hidup


"urip sak jeroning mati,mati sak jeroning urip" . . . Bagi kawan yg berasal dari Jawa mungkin paham arti kalimat ini. Kalimat sederhana yang disampaikan Romo Sheko dalam kothbahnya pada misa minggu sore di paroki St. Petrus Pekalongan.
Meskipun sederhana,tapi kalimat ini dapat berarti yang sangat luar biasa bila kita juga dapat mengartikannya sebagai pedoman hidup.

> urip sak jeroning mati ( hidup dalam kematian ) ; bisa diartikan kita hidup tapi dalam keadaan seperti mati. Mati di sini bukan mati secara tubuh. Tapi lebih pada kita mematikan segala sesuatu yang berbau dunia. Karena orang mati pastinya tidak perlu makan,tidak perlu uang,tidak perlu apapun yang diberikan dunia. Jadi kita hidup sebaiknya dapat meninggalkan segala nafsu dunia. Bukan kita yang dikendalikan oleh nafsu tapi bagaimana kita bisa atur nafsu itu supaya hidup kita lebih berarti. "Seseorang memang butuh makan,tapi jika tidak dapat mengontrolnya justru akan cepat mati karena penyakit."contoh yang dilontarkan Romo.

> mati sak jeroning urip ( mati dalam kehidupan ) ; dalam Katholik mengenal kehidupan abadi yang menjadi salah satu dasar iman. Memang benar, ada hal dalam HIDUP manusia yang tidak bisa mati,yaitu : ide, karya, jiwa. Di mana seseorang mati pasti hal itu masih ada hidup bersama orang2. Tentunya ide atau karya yang bernilai atau berbuah yg bisa mengHIDUPkan orang banyak. Seperti sebuah biji yang terbuang di tanah, tapi seiring waktu tumbuh dan berakar menjadi pohon yang berbuah. Menjadi sebuah hal yang berguna bagi hidup manusia.

Permenungan ini mendewasakan kita terutama dalam masa puasa PraPaskah ini, menjadikan kita umat yang setia mengikut Kristus. "barangsiapa tidak takut kehilangan nyawanya karena Aku, dia akan peroleh hidup yang kekal". Amin.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar